Hubungan Pemain WNBA Ini Buruk Dengan Cathy Engelbert

hubungan-pemain-wnba-ini-buruk-dengan-cathy-engelbert

Hubungan Pemain WNBA Ini Buruk Dengan Cathy Engelbert. Konflik di balik layar WNBA semakin memanas, dengan Napheesa Collier dari Minnesota Lynx jadi ujung tombak kritik pedas terhadap komisioner Cathy Engelbert. Pada awal Oktober 2025, bintang Lynx ini blak-blak-blakan sebut leadership liga sebagai “yang terburuk di dunia”, soroti kurangnya hubungan pribadi Engelbert dengan pemain. Ini muncul jelang Finals WNBA, di mana Lynx bertarung sengit lawan Las Vegas Aces, dan Collier sendiri cedera parah di semifinal—yang menurut pelatih Cheryl Reeve, gara-gara officiating buruk. Engelbert, yang pimpin WNBA sejak 2019 dan sukses angkat revenue liga 300 persen, kini hadapi badai kritik dari pemain top seperti Satou Sabally dan Angel Reese. Bukan sekadar keluhan; ini soal trust yang retak di tengah negosiasi CBA baru yang deadline-nya akhir 2025. Bagi suporter, ini drama menarik—tapi bagi liga yang lagi meledak popularitasnya, ini ancaman real. Apa yang sebenarnya bikin hubungan ini buruk? Mari kita kupas, mulai dari ledakan Collier hingga implikasinya. BERITA TERKINI

Ledakan Kritik Napheesa Collier: Cedera dan Ketidakpuasan Pribadi: Hubungan Pemain WNBA Ini Buruk Dengan Cathy Engelbert

Napheesa Collier tak segan buka suara pasca-kekalahan Lynx di semifinal Barat lawan Aces. Cedera lututnya—yang butuh operasi dan absen minimal enam minggu—jadi pemicu utama. “Officiating buruk, dan liga tak peduli,” katanya di konferensi pers 3 Oktober, langsung tunjuk Engelbert sebagai biang kerok. Collier sebut komisioner itu “impersonable dan condescending”, cerita pertemuan Februari di mana Engelbert katakan “liga tak bisa ubah officiating cepat”. Ini bukan keluhan sporadis; Collier, Rookie of the Year 2019 dan All-Star empat kali, rasakan disconnect sejak lama. Ia bilang Engelbert kurang bangun relasi dengan pemain—beda dengan NBA Commissioner Adam Silver yang rutin jumpa bintang. Di musim 2025, Lynx finis runner-up East dengan 28 kemenangan, tapi Collier kesal soal gaji: ia dapat 250 ribu dollar, sementara revenue liga capai 200 juta. Kritik ini viral, dapat dukungan dari 20 pemain Lynx, dan buat Engelbert hadapi boo di Finals Game 1—pertama kalinya komisioner WNBA kena sorak negatif di panggung besar.

Respons Engelbert dan Kritik Lain: Dari Janji Perbaiki hingga Tuduhan Personal: Hubungan Pemain WNBA Ini Buruk Dengan Cathy Engelbert

Cathy Engelbert tak diam; di konferensi pers pra-Finals 4 Oktober, ia bilang “disheartened” dengar pemain rasakan liga tak peduli. “Kami harus lakuin lebih baik untuk buat pemain merasa dihargai,” ujarnya, janji perbaiki trust lewat town hall bulanan dengan Players Association. Tapi ini tak redam api—Satou Sabally dari Phoenix Mercury sebut kritiknya “very personal”, tuduh Engelbert prioritaskan bisnis daripada pemain. Sabally, yang cedera bahu musim lalu dan tuntut perbaikan medis, bilang Engelbert “condescending” di negosiasi CBA, di mana pemain minta naik gaji rata-rata 50 persen jadi 150 ribu dollar. Angel Reese dari Chicago Sky ikut: “Liga tumbuh berkat kami, tapi kami dapat remah.” Engelbert bela diri: sejak 2019, ia angkat salary cap 50 persen dan tambah tim baru seperti Golden State Valkyries 2025. Tapi pemain lihat ini tak cukup—revenue melonjak berkat Caitlin Clark effect, tapi distribusi keuntungan masih timpang. Konflik ini “personal” karena Engelbert, mantan Deloitte exec, dianggap lebih korporat daripada atlet-sentris.

Dampak ke Liga: CBA Standoff dan Masa Depan WNBA

Hubungan buruk ini tekan negosiasi CBA baru, yang habis Desember 2025—pemain tuntut 50 persen revenue share, naik dari 20 persen sekarang. Collier sebut ini “perang” yang bisa picu strike, mirip NBA 2011. Engelbert tolak mundur, bilang “saya orang tepat untuk pimpin pertumbuhan”, tapi kritik ini ganggu momentum: viewership Finals naik 30 persen tahun ini, tapi boo ke Engelbert di Game 1 bikin headline negatif. WNBA Players Association dukung Collier, tuntut perbaikan officiating dan fasilitas medis—Collier cedera gara-gara no-call flagrant. Dampak jangka panjang: kalau CBA gagal, musim 2026 terganggu, dan talenta muda seperti Paige Bueckers ragu gabung. Engelbert janji “repair trust” lewat survei pemain, tapi Sabally bilang “terlambat”. Ini juga soroti gender gap: NBA punya Silver yang dekat pemain, sementara WNBA dianggap kaku. Tapi positifnya, konflik ini dorong perubahan—revenue 2025 capai 250 juta, dan Engelbert target 1 miliar 2030.

Kesimpulan

Hubungan buruk antara Napheesa Collier dan Cathy Engelbert—lengkap dengan dukungan Sabally dan Reese—adalah gejolak yang soroti ketegangan WNBA di puncak popularitasnya. Dari cedera Collier yang jadi pemicu hingga janji perbaiki trust dari Engelbert, ini bukan sekadar drama pribadi, tapi pertarungan soal nilai pemain di liga yang tumbuh pesat. CBA standoff akhir tahun bisa jadi titik balik: kalau Engelbert dengar suara lapangan, WNBA makin kuat; kalau enggak, strike mengintai. Bagi Collier, ini perjuangan untuk generasi selanjutnya—dan bagi liga, pelajaran bahwa sukses bisnis butuh hati atlet. Suporter, awasi Finals ini: boo di tribun mungkin jadi katalisator perubahan besar. WNBA, dengarlah—pemain adalah jiwanya.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *