Luka Doncic Inginkan Lakers Untuk Perkuat Pertahanan. Kekalahan memalukan Los Angeles Lakers dari San Antonio Spurs dengan skor 132-119 di perempat final NBA Cup pada 10 Desember 2025 jadi momen pedih bagi skuad yang sempat sapu fase grup. Di Crypto.com Arena, Spurs—tanpa Victor Wembanyama yang cedera—malah unggul sejak awal, dipimpin Stephon Castle yang meledak dengan 30 poin, 10 rebound, dan enam assist. Luka Doncic, bintang Slovenia berusia 26 tahun, cetak 35 poin, delapan assist, dan lima rebound, tapi tak cukup selamatkan tim. Pasca laga, Doncic tak segan soroti masalah utama: pertahanan Lakers yang rapuh dan butuh perbaikan cepat. “Kami harus figure out defensive issues lebih cepat,” katanya di konferensi pers, sambil sebut tim kebobolan 10 three-pointer di babak pertama karena kurang guard yang solid. Ini kekalahan ketiga beruntun di kompetisi ini, bikin Lakers turun ke peringkat keenam Wilayah Barat dengan rekor 17-7. Pelatih JJ Redick setuju, bilang tim “secara konsisten diekspos di titik lemah yang sama.” Dengan jadwal padat jelang Natal, keinginan Doncic ini jadi panggilan darurat untuk bangkit. TIPS MASAK
Masalah Pertahanan yang Terus Terulang: Luka Doncic Inginkan Lakers Untuk Perkuat Pertahanan
Lakers lagi dalam fase gelap soal pertahanan musim 2025/2026. Di laga lawan Spurs, mereka kebobolan 132 poin—skor yang sama dengan dua kekalahan sebelumnya—dengan defensive rating 116,7 poin per 100 possession, peringkat 17 liga. Spurs cetak 27 poin fast-break dan 16 dari turnover, tunjukkan kelemahan transisi yang Doncic sebut “kami biarkan guard drive terlalu mudah.” Ini bukan kejadian baru: sejak awal musim, Lakers kebobolan rata-rata 1,8 gol per laga, terutama di perimeter di mana lawan tembus 38 persen three-pointer. Redick soroti footspeed kurang di guard dan wing, bikin tim rentan saat switch defense. Bahkan dengan kembalinya Marcus Smart dari cedera punggung—ia catat 26 poin dan delapan three-pointer—tim masih collapse di akhir kuarter ketiga, tertinggal 17 poin. Doncic akui ini soal individual: “Setiap orang harus guard lebih baik, jangan biarkan ruang kosong.” Tanpa perbaikan, visi top-four Wilayah Barat bisa pupus.
Performa Doncic dan Kontribusinya di Lapangan: Luka Doncic Inginkan Lakers Untuk Perkuat Pertahanan
Luka Doncic tetap jadi pilar Lakers meski tim goyah. Di laga itu, ia kuasai bola dengan 35 poin dari 13-25 shooting, termasuk clutch three di comeback akhir kuarter keempat. Tapi kritik datang ke dirinya sendiri: analis seperti Stan Van Gundy sebut ia dua kali gagal balik transisi karena ribut dengan wasit, biarkan lawan layup mudah. Skip Bayless bahkan juluki “Luka Oncic” di media sosial, sindir defense-nya yang lemah. Namun, Doncic respons positif: musim ini ia rata-rata 35 poin, sembilan rebound, dan sembilan assist—angka liga tertinggi—plus 1,5 steal yang tunjukkan komitmen bertahan. Ia dorong tim dengan contoh, seperti saat bantu Smart tutup Castle di paint. Off-court, Doncic mendorong perekrutan Smart musim panas lalu, yang kini beri dampak besar: saat duet dengannya, Lakers outscore lawan 13 poin per 100 possession. Ini bukti ia paham defense butuh kolektif, bukan cuma offense-nya yang brilian.
Strategi Perbaikan dan Harapan ke Depan
Doncic yakin Lakers punya waktu, tapi tak banyak: “Rekor 17-7 bagus, tapi kami bisa jauh lebih baik.” Redick rencanakan latihan intensif fokus mental shape—bukan cuma fisik—untuk tingkatkan disiplin. Austin Reaves setuju, bilang defense jadi “kelemahan terbesar” meski spirit tinggi. Strategi jangka pendek: naikkan menit Smart dan DeAndre Ayton di rim protection, plus rotasi lebih ketat untuk hindari overload. Jangka panjang, rumor trade deadline bilang Lakers incar 3-and-D wing seperti Herb Jones dari Pelicans—pemain atletis yang cocok filosofi Redick, dengan klausul 68 juta euro. Doncic dukung ini: ia butuh shot creator tambahan seperti Reaves untuk seimbang offense, biar defense lebih fokus. Dengan laga lawan Phoenix Suns akhir pekan, ini tes pertama pasca NBA Cup out—kemenangan bisa angkat moral, kalah tambah tekanan.
Kesimpulan
Keinginan Luka Doncic agar Lakers perkuat pertahanan jadi pesan tegas pasca kekalahan NBA Cup dari Spurs, di mana masalah transisi dan perimeter exposure terlihat jelas. Dengan performa pribadinya yang tetap elite, ia tunjukkan leadership dengan dorong perbaikan kolektif—dari latihan mental hingga potensi trade. Redick punya modal: Smart beri contoh, dan rekor 17-7 beri ruang napas. Tapi tanpa aksi cepat, musim ini bisa jadi transisi panjang. Bagi penggemar Lakers, ini ujian: apakah tim dengar suara bintangnya dan bangkit, atau ulangi kegagalan? Laga Suns nanti jadi kunci—pantau saja, karena NBA selalu punya comeback dramatis.