Hachimura Mengungkap Penyebab Kekalahkan Lakers dari Suns. Pada 1 Desember 2025, Los Angeles Lakers menyerah telak 108-125 dari Phoenix Suns di Crypto.com Arena, mengakhiri streak kemenangan tujuh laga yang bikin fans optimis. Suns, meski kehilangan Devin Booker karena cedera groin setelah 10 menit, tetap mendominasi lewat ledakan Dillon Brooks (33 poin) dan Collin Gillespie (28 poin), ciptakan 28 poin fastbreak. Lakers tampil ceroboh: 21 turnover berujung 32 poin lawan, plus possession lesu di kuarter kedua. Rui Hachimura, forward Jepang berusia 27 tahun yang jadi starter utama, cetak 0 poin dengan hanya satu tembakan di 23 menit main—1 rebound, nol assist. Pasca-laga, Hachimura buka suara blak-blakan di locker room, soroti egoisme tim dan kurang passing. Komentar ini jadi sorotan, di tengah musim di mana ia rata 18 poin efisien, tunjukkan masalah ofensif Lakers yang bergantung terlalu pada bintang. INFO SLOT
Kurang Passing: Bola Tak Bergerak, Peluang Hilang: Hachimura Mengungkap Penyebab Kekalahkan Lakers dari Suns
Hachimura langsung tunjuk kurang passing sebagai biang kerok utama. “Di game yang kami menang, bola bergerak, kami saling percaya dan main untuk tim,” katanya, suara frustrasi tapi terkendali. Lakers ambil 80 tembakan, tapi ia cuma satu—artinya 0/80 secara efektif. Suns manfaatkan egoisme ini: 17 turnover dari bintang seperti Luka Doncic (38 poin, 9 turnover) dan LeBron James (10 poin, 3 turnover), bikin transisi lawan mudah.
Ini beda dari streak menang, di mana Hachimura rata 2.5 assist dari passing cepat. Suns tekan full-court, paksa isolasi—Doncic dan James pilih shot sendiri daripada cari Rui di midrange, di mana ia 50 persen efisien musim ini. Hachimura akui: “Sulit tak disentuh bola, tapi itu game seperti ini.” Suns shot 57 persen, manfaatkan turnover untuk bangun 15 poin unggul babak pertama.
Egoisme Tim: Bintang Dominan, Role Player Terabaikan: Hachimura Mengungkap Penyebab Kekalahkan Lakers dari Suns
Yang paling pedas, Hachimura soroti egoisme skuad. “Kami main untuk diri sendiri malam ini, bukan tim,” ujarnya, tunjukkan kekalahan bukan cuma skor, tapi mental. Suns tanpa Booker tetap fresh, sementara Lakers back-to-back pasca-Pelicans, tapi Hachimura bilang masalahnya bukan lelah—melainkan kurang trust. Role player seperti DeAndre Ayton (12 poin) dan Jake LaRavia tak dapat bola cukup, sama seperti Rui.
Musim ini, Hachimura duet apik dengan James: net rating -1.1 di 395 menit bersama, ofensif 117.3 tapi defensif 118.4. Tapi lawan Suns, ia sidelined; Suns fokus tutup Doncic, biarkan ia score tapi tak ciptakan. Hachimura, dengan off-ball cutting tajam, bisa feast second-chance points, tapi tak ada umpan. Ini ingatkan pelatih JJ Redick: sistem passing dulu, baru isolasi.
Dampak Jadwal: Back-to-Back yang Perburuk Masalah
Hachimura tak lepas dari konteks jadwal. “Back-to-back sulit, tapi kami harus adaptasi,” katanya, akui energi rendah tapi tekankan passing tetap kunci. Lakers cuma dua poin fastbreak, beda jauh dari 28 Suns—turnover picu ini. Suns dominasi kuarter ketiga, manfaatkan kelelahan Lakers; Hachimura main 23 menit tapi tak ritme, karena bola stuck di tangan bintang.
Ini ujian awal musim: Lakers 15-5 sebelum kekalahan, tapi Suns ingatkan Barat kompetitif. Hachimura, yang bangkit musim ini dengan 18 poin efisien, bilang: “Satu game kami rusak, lupakan dan lanjut.” Tapi komentarnya sinyal: tanpa kolektif, streak bisa ulang.
Kesimpulan
Rui Hachimura ungkap penyebab kekalahan Lakers dari Suns—kurang passing, egoisme tim, dan dampak jadwal—sebagai panggilan bangun di musim panjang. Dengan 0 poin dari satu tembakan, frustrasinya tunjukkan ketergantungan berlebih pada bintang, biaya 17 poin turnover. Hingga 3 Desember 2025, komentar Rui viral, dorong Redick perbaiki ofensif kolektif jelang Raptors. Di usia 27, Hachimura aset kunci; pelajaran ini bisa jadi katalisator. Lakers punya kedalaman, tapi tanpa trust, kekalahan seperti ini bakal berulang. Musim 2025-26 masih panjang, dan Rui siap pimpin perubahan.